Adanya guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang berlatar belakang pendidikan sarjana hukum di salah satu sekolah Pekalongan cukup ramai menjadi perbincangan. Dari wong kecil yang sekadar duduk ngopi di warung hingga para mahasiswa yang aktif di berbagai organisasi. Lantas, muncul pertanyaan ada apa dengan dunia pendidikan kita ini?
Ketika di tataran siswa sekarang dituntut belajar dengan keras agar dapat lulus mengikuti ujian. Toh, ternyata ada beberapa guru yang tidak sesuai dengan bidang ajarnya. Meskipun dalam kasus yang satu ini sang guru memiliki 'SIM' untuk mengajar.
Ironi memang. Ingin menghadirkan kualitas output yang brilian namun direcoki dengan hal-hal yang mungkin jarang mendapat perhatian serius.
Tentunya menjadi keprihatinan bersama juga. Mungkin saja, disana-sini banyak guru yang tidak sesuai dengan jurusan dan keahliannya. Sehingga akan menimbulkan pertanyaan dan bahkan akan timbul rasa tidak percaya peserta didik kepada gurunya itu.
Jika sudah demikian, bagaimana nasib dunia pendidikan kita di masa mendatang?
Seseorang dengan latar belakang pendidikan tertentu, kemudian menjadi seorang guru. Namun tidak memiliki 'SIM' untuk mengajar. Lantas, hanya cukup sekadar mengikuti akta IV sudah dapat menjadi seorang pendidik yang mantab. Ini sungguh patut disayangkan.
Bagaimana tidak, mahasiswa yang memang sudah fokus mengambil jurusan kependidikan, secara gampang saja di 'serobot' oleh orang yang tidak mengenyam pendidikan sebagai guru di sebuah perguruan tinggi. Mahasiswa yang belajar dengan serius dan jatuh bangun mendalami ilmu-ilmu pendidikan selama bertahun-tahun dapat 'dikalahkan' oleh orang yang hanya mengambil kuliah selama kurang lebih satu tahun. Ini sungguh terdapat kesenjangan yang luar biasa. Bahkan mengorbankan hak-hak atas orang yang memang mengambil jurusan pendidikan. Ini dapat dikatakan mau mengajar apapun, jurusan terserah saya.
Investasi pada guru
Disatu sisi kondisi guru saat ini bukan saja menghadapi tantangan kekurangan guru, tetapi juga menciptakan guru masa depan yang mampu menyiapkan siswa menghadapi tantangan global. Untuk itu, perlu investasi yang berkelanjutan pada guru guna menghasilkan pendidik yang terlatih dan memiliki motivasi kuat dalam pembelajaran.
Sebab, dalam perubahan dunia yang sangat cepat dan saling ketergantungan antar negara, guru tidak lagi cukup membekali siswa dengan pelajaran-pelajaran dasar saja. Akan tetapi, guru juga mesti bisa menjadikan siswa yang bertanggungjawab sebagai warga negara lokal dan dunia.
Para guru itu mesti membekali siswa dengan teknologi baru dan kemampuan untuk membuat keputusan tepat soal kesehatan, lingkungan, dan tantangan lainnya. Untuk itu, dukungan pendanaan pada program perekrutan, pelatihan, serta pengembangan profesional guru harus selalu ada.
Peningkatan mutu dan kesejahteraan guru mesti berjalan beriringan. Tanpa keberpihakkan pada guru, nasib pendidikan Indonesia tidak mengalami perubahan yang signifikan.
Apalagi jika banyak di sekolah-sekolah yang mengalami kejadian seruap di Pekalongan. Apa kata dunia pendidikan kita? Jurusan terserah saya. (dal)
0 komentar
Posting Komentar