Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman

Translate

Blogroll

BISNIS ANDA KITA

Senin, 17 November 2008

Panic Selling Penyebab Utama Krisis

PEKALONGAN - Krisis ekonomi global yang saat ini masih terjadi, sedikit demi sedikit mulai dirasaka oleh para pelaku bisnis. Dari barang elektronik, industri maupun properti. Tentunya ini mejadi pertanyaan, bagaimanakah keadaan bursa saham saat ini sebenarnya?

Memang melihat kondisi terakhir, terjadi penurunan yang sangat dalam dari IHSG (Indeks Saham Harga Gabungan), faktor penyebab utama adanya panic seelling dari investor asing yang membutuhkan likuiditas. Untuk menutup kerugian di negara asalnya.
Namun bukan berarti karena faktor fundamental imeten per emiten. Kalau dicek dari laporan keuangan kuartal ke-3 2008, menunjukkan adanya peningkatan laba dari banyak emiten. Itu belum menjadi sentimen yang positif untuk menaikkan harga saham.
Secara teori harga saham merupakan cerminan dari kinerja perusahaan, ketika kinerja perusahaan bagus tetapi harga saham turun. Berarti teori tersebut belum bisa menjelaskan. Dan, setelah dicari penyebabnya adalah adanya faktor kepanikan investor lokal. Investor asing butuh likuiditas dan salah satu cara menutup likuiditas dengan menjual portofolio saham mereka yang ada di pasar-pasar modal negara berkembang.
Jika melihat dampaknya, kini terjadi kenaikan beberapa produk elektronik di Pekalongan. Terkait dengan nilai kurs rupiah yang semakin melemah terhadap US Dollar. Berarti kita bicara diluar konteks pasar modal yakni ke pasar uang. Sektor riil juga akan kena imbasnya, karena barang elektronik merupakan salah satu industri atau komoditi yang banyak sekali kandungan impornya. Dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar maka harga barang-barang impor akan mengikuti kenaikan. Seperti elektronik dan industri.
Kepada para investor modal, agar tetap tenang tanpa melakukan panic selling. Tidak ada jalan lain, kalau sudah punya saham meskipun harganya turun, kalau saham masih memiliki fundamental yang baik, seperti blue chip. Dan dana tidak keburu untuk kebutuhan seperti prinsip investasi di pasar modal dana benar-benar nganggur, maka perlu ditahan dulu.
Saya yakin pasar tidak akan seperti ini terus. Belajar dari kejadian 1997 dan 1998, kejatuhan pasar modal lebih dalam dari sekarang. Terbukti setelah perekonomian baik, maka akan cepat pulih.
Kalau panik untuk menjual maka akan tidak tertutup kerugiannya. Justru dengan membiarkan dan menunggu harga saham balik kembali. Tidak saatnya juga untuk agresif membeli, mumpung masih murah, kemudian buru-buru membeli. Itu bukan keputusan bijaksana. Kita tunggu dulu pasar mereda kepanikannya. Lihat perkembangan kedepan bagaimana, baru setelah semua faktor menunjukkan sinyal yang positif kita baru bisa beli lagi. (dalal muslimin)

0 komentar