Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman

Translate

Blogroll

BISNIS ANDA KITA

Selasa, 18 November 2008

Pengusaha Kalang Kabut Hadapi Krisis Ekonomi


ANTUSIAS - Warga Pekalongan terlihat antusias melihat produk-produk elektronik, seperti terlihat dalam beberapa pameran elektronik yang digelar beberapa waktu lalu.

Naik turunnya nilai dollar terhadap rupiah menjadikan banyak pengusaha kalang kabut. Bagaimana tidak, harga-harga jual beberapa produk mengalami kenaikan, terkait adanya perubahan kurs mata uang rupiah terhadap dollar. Lantas, bagaimanakah keadaan pasar elektronik dewasa ini?

PEKALONGAN - Tingginya nilai kurs US dollar terhadap rupiah memang menjadi permasalahan tersendiri bagi para pengusaha. Terutama mereka yang melakukan pembelanjaan dengan menggunakan mata uang dollar. Sampai pada Rabu (12/11) kemarin nilai US dollar mencapai 12,021. Tentu saja ini menjadi persoalan tersendiri.
Seperti yang terjadi pada para penjual komputer. Mereka kebanyakan melakukan pembelanjaan menggunakan mata uang dollar. Hal ini menjadi pukulan telak. Ketika harga dollar semakin merangsek naik maka harga jualpun akan mengikuti. Dengan demikian, ketika harga jual dinaikkan maka daya beli mengalami penurunan. Serta kuantitas penjualan turun. Maka omzet pendapatan turun. Kalau sudah demikian, praktis, yang terjadi pengusaha tak mampu untuk memutar modalnya untuk melakukan pembelanjaan barang baru.
Menurut Fanny Rifqy El Fuad, Head of Representatives Capital Market Information Centre Pekalongan beberapa waktu yang lalu menerangkan, bahwa krisis ini terjadi karena adanya panic seelling dari investor asing yang sedang membutuhkan likuiditas untuk menutup kerugian di negara asalnya. Panic seeling ini kemudian diikuti oleh para investor lokal. Akhirnya seperti yang kita tahu bersama.
Sektor riil sedikit demi sedikit memang akan kena imbasnya, seperti elektronik. Karena barang elektronik merupakan salah satu industri atau komoditi yang banyak sekali kandungan impornya. Dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar maka harga barang-barang impor akan mengikuti kenaikan. Seperti elektronik dan industri.
Sedangkan menurut dosen ekonomi Universitas Pekalongan Drs Sakhowi MM, bahwa krisis ini diawali dari krisis finansial. Akan tetapi seperti krisis yang terjadi ditahun 1997 yang dampaknya masuk ke sektor riil. Dimana sektor finansial ini pasti akan merambat ke seluruh dunia termasuk Indonesia, sebagai salah satu pasar dari barang-barang ekspor dan eksportir ke AS, akan terkena dampaknya.
Tentunya, sekarang pengusaha sektor riil sudah ikut merasakan dampak adanya krisis ekonomi global tersebut. Sampai-sampai beberapa toko elektronik, khususnya komputer membandrol produknya dengan harga US dollar. Seperti di Orion Computer, Angkasa Komputer, Multinet, dan Orange Computer.
Menurut Taufiq, pengelola Orange Computer pengelola Orange Computer Jalan Hayam Wuruk menjelaskan, bahwa terkait krisis ekonomi tersebut dirinya membandrol harga notebooknya dengan US Dollar. Hal ini agar sewaktu-waktu bila berubah bisa langsung menyesuaikan.
Pembandrolan dengan dollar tersebut dilakukan secara on line atau langsung. Praktis hal ini menjadikan harga selalu berubah setiap harinya menyesuaikan untuk fluktuasi nilai dollar. Setiap hari di up date terus secara on line. Pembandrolan dilakukan untuk semua merek komputer, baik baru maupun rakitan. Praktis, tingginya nilai dollar ini mengakibatkan turunnya omzet penjualan laptop miliknya.
Sementara itu Adnan pengelola AN Computer Jalan Kartini tidak melakukan hal yang sama. Bandrolan harga tetap menggunakan rupiah, meskipun harganya juga tergantung kurs dollar dalam melakukan penjualan. Sebab belanja perlengkapan komputer juga menggunakan mata uang dollar. Setiap hari selalu disesuaikan harganya terutama untuk produk baru, sedangkan untuk produk second masih utuh.
Tentunya, fenomena ini sangat luar biasa. Mengingat pangsa pasar komputer di Pekalongan lumayan besar. Lantas pangsa pasar yang besar ini akankah menjadi lesu. Akibat dari tidak menentunya nilai tukar rupiah terhadap dollar? (dalal muslimin)

0 komentar