PEKALONGAN - Perang tarif seluler makin gila-gilaan. Operator-operator besar berlomba-lomba menurunkan tarif baik untuk percakapan telepon maupun sms. Skema yang ditawarkan pun aneka ragam, mulai tarif per detik dan sekarang sampai puas. Namun punya satu kesamaan, sama sama bilang, “gue juga bisa kasih lebih murah”.
Disatu sisi, perang tarif ini menjadikan konsumen menjadi bingung. Apalagi yang tidak sempat berpikir panjang tentang tarif yang ditawarkan. Pada akhirnya juga, counter ikut bingung. Sebab, ketika konsumen bingung maka yang menjadi sasaran bertanya adalah counter setempat. Makanya, bila ada pertanyaan dari konsumen sering dijawab tidak tahu, daripada menimbulkan persoalan di konsumen.
Dengan adanya perang tarif, tentunya akan memberikan reaksi pada konsumen. Apakah langsung pindah nomor atau pindah operator ke operator lain, begitu mendengar ada tarif yang murah. Tapi tidak semua langsung pindah.
Mungkin ada yang begitu. Kadang malah muncul pertanyaan, “Apa betul murah?”. Kalau penasaran, disarankan, untuk mempelajari brosur iklan kemudian bikin perbandingan sederhana. Lihat syarat dan ketentuan. Kemudian dengan analisa masing-masing simpulkan memang ada yang murah, dan ada yang “tipuan” belaka.
Setelah itu apa? Apakah berlaku untuk seterusnya atau hanya pada masa promosi?
Jika memang berlaku untuk masa promosi yang cukup lama, mungkin saja itu bukan “tipuan” iklan semata. Tapi juga memunculkan pertanyaan what’s on earth yang bisa mempertahankan kualitas jaringan selama masa promosi. The next thing I know, jaringan malah suka ngadat pada masa promosi seperti ini.
Dulu waktu ada promo telepon gratis dari salah satu operator, telepon aja susah. Kalau bisa nyambung, cuma bertahan 10 menit. Operator yang bersangkutan kemudian minta maaf atas terjadinya lonjakan traffic pada jam-jam gratis tersebut.
“Penyakit” jaringan ngadat tersebut juga sudah terjadi di masa perang tarif seluler sekarang. Bukan cuma di kota besar, tapi juga di daerah pelosok. Uang nggak akan nipu. Orang bilang you will get what you paid for. Ini karena adanya desak-desakan panggilan.
Sekarang, ada banyak orang yang lebih kritis dan punya opini yang lebih jernih dalam menyikapi perang tarif saat ini. (dalal muslimin)
Disatu sisi, perang tarif ini menjadikan konsumen menjadi bingung. Apalagi yang tidak sempat berpikir panjang tentang tarif yang ditawarkan. Pada akhirnya juga, counter ikut bingung. Sebab, ketika konsumen bingung maka yang menjadi sasaran bertanya adalah counter setempat. Makanya, bila ada pertanyaan dari konsumen sering dijawab tidak tahu, daripada menimbulkan persoalan di konsumen.
Dengan adanya perang tarif, tentunya akan memberikan reaksi pada konsumen. Apakah langsung pindah nomor atau pindah operator ke operator lain, begitu mendengar ada tarif yang murah. Tapi tidak semua langsung pindah.
Mungkin ada yang begitu. Kadang malah muncul pertanyaan, “Apa betul murah?”. Kalau penasaran, disarankan, untuk mempelajari brosur iklan kemudian bikin perbandingan sederhana. Lihat syarat dan ketentuan. Kemudian dengan analisa masing-masing simpulkan memang ada yang murah, dan ada yang “tipuan” belaka.
Setelah itu apa? Apakah berlaku untuk seterusnya atau hanya pada masa promosi?
Jika memang berlaku untuk masa promosi yang cukup lama, mungkin saja itu bukan “tipuan” iklan semata. Tapi juga memunculkan pertanyaan what’s on earth yang bisa mempertahankan kualitas jaringan selama masa promosi. The next thing I know, jaringan malah suka ngadat pada masa promosi seperti ini.
Dulu waktu ada promo telepon gratis dari salah satu operator, telepon aja susah. Kalau bisa nyambung, cuma bertahan 10 menit. Operator yang bersangkutan kemudian minta maaf atas terjadinya lonjakan traffic pada jam-jam gratis tersebut.
“Penyakit” jaringan ngadat tersebut juga sudah terjadi di masa perang tarif seluler sekarang. Bukan cuma di kota besar, tapi juga di daerah pelosok. Uang nggak akan nipu. Orang bilang you will get what you paid for. Ini karena adanya desak-desakan panggilan.
Sekarang, ada banyak orang yang lebih kritis dan punya opini yang lebih jernih dalam menyikapi perang tarif saat ini. (dalal muslimin)
0 komentar
Posting Komentar