PEKALONGAN - Permasalahan minyak tanah (mitan) masih menjadi isu sentral di Kota Pekalongan. Bagaimana tidak, menjelang konversi ini, para pemilik pangkalan seringkali tidak mendapatkan jatah pengiriman mitan. Lebih parahnya, dari Pertamina tidak mengganti kekosongan pengiriman tersebut pada hari lain.Dampak yang dirasakan adalah keresahan masyarakat pengguna mitan. Seperti halnya yang diungkapkan pemilik pangkalan di Kecamatan Pekalongan Utara. "Ini sudah berlangsung sejak lama, beberapa bulan terakhir ini mas. Giliran tanggal merah, Pertamina tidak ngirim minyak. Anehnya tidak diganti lagi. Kemana larinya minyak ini," kata pemilik pangkalan yang tidak berkenan disebutkan namanya ini.
Dirinya resah dengan keadaan ini. Sebab tanpa adanya kekosongan pengiriman pun pangkalan sudah mengalami pengurangan setiap bulannya. "Ini bukan hanya terjadi pada pangkalan milik saya, tetapi pada semua pangkalan di Kota Pekalongan," terangnya. Hal senada juga diungkapkan Kartini, warga Panjang Baru, Pekalongan Utara. Sudah tiga hari ini jerigennya diantrekan di pangkalan, namun tak juga terisi. "Tiga hari ini untuk makan saya beli di warung. Gimana bisa masak, lha wong minyak saja tidak ada. kompor gas yang katanya akan dibagikan gratis belum sampai," katanya sedikit kesal. Ungkapan senada disampaikan Dwi Laksono. Ia menilai kebijakan pemerintah tersebut salah, karena sebelum adanya barang suplemen (pengganti), pasokan lebih dulu dikurangi. "Saya menilai aneh sama langkah yang diambil pemerintah. Gas belum dibagikan, kok minyaknya sudah hilang. Harusnya dibagikan dulu, biar masyarakat menikmati gas, baru minyaknya berangsur-angsur ditarik," ungkapnya. (san)
Dirinya resah dengan keadaan ini. Sebab tanpa adanya kekosongan pengiriman pun pangkalan sudah mengalami pengurangan setiap bulannya. "Ini bukan hanya terjadi pada pangkalan milik saya, tetapi pada semua pangkalan di Kota Pekalongan," terangnya. Hal senada juga diungkapkan Kartini, warga Panjang Baru, Pekalongan Utara. Sudah tiga hari ini jerigennya diantrekan di pangkalan, namun tak juga terisi. "Tiga hari ini untuk makan saya beli di warung. Gimana bisa masak, lha wong minyak saja tidak ada. kompor gas yang katanya akan dibagikan gratis belum sampai," katanya sedikit kesal. Ungkapan senada disampaikan Dwi Laksono. Ia menilai kebijakan pemerintah tersebut salah, karena sebelum adanya barang suplemen (pengganti), pasokan lebih dulu dikurangi. "Saya menilai aneh sama langkah yang diambil pemerintah. Gas belum dibagikan, kok minyaknya sudah hilang. Harusnya dibagikan dulu, biar masyarakat menikmati gas, baru minyaknya berangsur-angsur ditarik," ungkapnya. (san)
0 komentar
Posting Komentar