PEKALONGAN - Dividen merupakan salah satu tujuan seorang dalam berinvestasi saham di Bursa Efek. Yang mana dividen akan dibayarkan setiap tahun oleh perusahaan, utamanya jika meraih keuntungan yang memadai. Lantas, apakah besarnya dividen yang dibagikan ke pemegang saham lebih besar dari bunga deposito. Selanjutnya bagaimana mekanisme pembayaran dividen. Apakah langsung ditransfer ke rekening investor atyau seperti apa.
Fanny Rifqi El Fuad, Head of Representatives Capital Market Information Centre-Pekalongan Marketing Division PT Bursa Efek Indonesia menjelaskan, bahwa salah satu tujuan investasi saham memang untuk memperoleh dividen. Namun, harus disadari sejak awal bahwa tidak setiap perusahaan publik akan membagikan dividen kepada pemegang sahamnya. Perusahaan akan membagi dividen hanya jika meraih keuntungan yang memadai dan tidak membutuhkan dana besar untuk strategi kedepan.
Ada juga perusahaan yang secara konsisten membagikan dividen kepada pemegang sahamnya. Manajemen selalu menyisihkan sebagian keuntungan untuk dibayarkan sebagai dividen. Bahkan beberapa perusahaan membagi dividen tidak hanya satu kali dalam setahun, tapi bisa sampai dua kali. Dalam kasus seperti ini biasanya manajemen perusahaan akan membagikan dividen interim, sebelum dividen final.
Nilai atau besarnya dividen yang dibayar sangat tergantung pada perolehan laba perusahaan, rencana ekspansi dan cash flow perusahaan. Biasanya, manajemen sudah memiliki kebijakan dalam menentukan besar kecilnya dividen (dividend policy), misalnya 20% dari perolehan laba bersih, 25% dari laba bersih, 30% dari laba bersih dan seterusnya. Untuk perusahaan BUMN, misalnya besar kecilnya dividen juga ditentukan oleh kebijakan pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas.
Agak sulit untuk memastikan apakah besarnya dividen lebih besar atau lebih kecil dari suku bunga deposito. Sebab, setiap investor memiliki modal yang berbeda terhadap pembelian saham yang sama. Gambarannya begini. Untuk saham ABC misalnya, saat IPO dijual di harga Rp 800. Kini harga sahamnya di pasar mencapai Rp 2.300. Ada cukup banyak investor yang membeli saham ABC dengan modal Rp 800 dan belum dilepas sampai saat ini. Tapi ada investor yang membeli saham ABC dengan modal Rp 2.000. Di sisi lain, perusahaan membagikan dividen sebesar Rp 200 per saham. Bagi investor yang modalnya Rp 800, maka nilai dividen tadi 25% dari modal yang diterima setiap tahun. Tapi bagi investor yang membeli dengan modal Rp 2.000, dividen tadi hanya 10% saja.
Dividen akan dibayarkan oleh perusahaan atau emiten langsung ke rekening efek investor melalui Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Jadi, investor tidak perlu menagih dividen ke emiten. (dal/Tim BEI)
Fanny Rifqi El Fuad, Head of Representatives Capital Market Information Centre-Pekalongan Marketing Division PT Bursa Efek Indonesia menjelaskan, bahwa salah satu tujuan investasi saham memang untuk memperoleh dividen. Namun, harus disadari sejak awal bahwa tidak setiap perusahaan publik akan membagikan dividen kepada pemegang sahamnya. Perusahaan akan membagi dividen hanya jika meraih keuntungan yang memadai dan tidak membutuhkan dana besar untuk strategi kedepan.
Ada juga perusahaan yang secara konsisten membagikan dividen kepada pemegang sahamnya. Manajemen selalu menyisihkan sebagian keuntungan untuk dibayarkan sebagai dividen. Bahkan beberapa perusahaan membagi dividen tidak hanya satu kali dalam setahun, tapi bisa sampai dua kali. Dalam kasus seperti ini biasanya manajemen perusahaan akan membagikan dividen interim, sebelum dividen final.
Nilai atau besarnya dividen yang dibayar sangat tergantung pada perolehan laba perusahaan, rencana ekspansi dan cash flow perusahaan. Biasanya, manajemen sudah memiliki kebijakan dalam menentukan besar kecilnya dividen (dividend policy), misalnya 20% dari perolehan laba bersih, 25% dari laba bersih, 30% dari laba bersih dan seterusnya. Untuk perusahaan BUMN, misalnya besar kecilnya dividen juga ditentukan oleh kebijakan pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas.
Agak sulit untuk memastikan apakah besarnya dividen lebih besar atau lebih kecil dari suku bunga deposito. Sebab, setiap investor memiliki modal yang berbeda terhadap pembelian saham yang sama. Gambarannya begini. Untuk saham ABC misalnya, saat IPO dijual di harga Rp 800. Kini harga sahamnya di pasar mencapai Rp 2.300. Ada cukup banyak investor yang membeli saham ABC dengan modal Rp 800 dan belum dilepas sampai saat ini. Tapi ada investor yang membeli saham ABC dengan modal Rp 2.000. Di sisi lain, perusahaan membagikan dividen sebesar Rp 200 per saham. Bagi investor yang modalnya Rp 800, maka nilai dividen tadi 25% dari modal yang diterima setiap tahun. Tapi bagi investor yang membeli dengan modal Rp 2.000, dividen tadi hanya 10% saja.
Dividen akan dibayarkan oleh perusahaan atau emiten langsung ke rekening efek investor melalui Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Jadi, investor tidak perlu menagih dividen ke emiten. (dal/Tim BEI)
0 komentar
Posting Komentar