Minimnya modal usaha membuat pengepul besek tidak bisa mengembangkan usahanya. Apalagi jika sedang ramai-ramainya pesanan yang datang. Khususnya bulan – bulan ketika banyak orang yang mengadakan hajatan.
KAJEN – Minimnya modal yang dimiliki para pengepul besek di Desa Kutorejo Kajen Pekalongan membuat mereka tidak bisa mengembangkan usahanya, hanya dengan dana seadanya saja.
Seperti Kuriyah (44), salah satu pengepul besek yang tergabung dalam Paguyuban Melati yang diketuai oleh Jaemah (40) menuturkan, ”Saya tidak bisa mengembangkan usaha ini karena terbatasnya modal yang saya miliki, dan saya berharap ada orang atau pihak yang mau memberikan pinjaman kepada saya sehingga menambah semangat saya untuk mengembangkan usaha yang sudah dijalani lebih dari 20 tahunan ini,” tuturnya.
Sementara modal usaha terbatas, permintaan cukup banyak. Ini menjadi persoalan tersendiri bagi salah satu sektor usaha kecil yang satu ini dan merupakan mata pencarian utama.
Dijelaskan, bahwa besek – besek yang dijualnya didapat dari para pengrajin. Selanjutnya dipasarkan ke wilayah Bojong, Karanganyar, Wonopringgo, dan Kedungwuni. Setiap hari bisa mengirim sampai 24 bonjor, yang dalam satu bonjornya berisi 40 pasang besek. Setiap satu pasang bonjornya dihargai Rp 15 ribu.
”Setiap hari saya menyetorkan besek ke para pengepul, tak jarang juga para pengepul yang mengambil sendiri, dalam sebulan saya bisa membuat besek sebanyak 40 hingga 50 bonjor,” ungkap Niti (42) salah satu pengrajin besek.
Cara membuat besek sangat sederhana yaitu bambu dipotong – potong terlebih dahulu menjadi 40 sampai 50 potong tergantung besar kecilnya bambu, terus dilati atau dibelah tipis – tipis. Selanjutnya dijemur dan baru kemudian dianyam. (anis)
Seperti Kuriyah (44), salah satu pengepul besek yang tergabung dalam Paguyuban Melati yang diketuai oleh Jaemah (40) menuturkan, ”Saya tidak bisa mengembangkan usaha ini karena terbatasnya modal yang saya miliki, dan saya berharap ada orang atau pihak yang mau memberikan pinjaman kepada saya sehingga menambah semangat saya untuk mengembangkan usaha yang sudah dijalani lebih dari 20 tahunan ini,” tuturnya.
Sementara modal usaha terbatas, permintaan cukup banyak. Ini menjadi persoalan tersendiri bagi salah satu sektor usaha kecil yang satu ini dan merupakan mata pencarian utama.
Dijelaskan, bahwa besek – besek yang dijualnya didapat dari para pengrajin. Selanjutnya dipasarkan ke wilayah Bojong, Karanganyar, Wonopringgo, dan Kedungwuni. Setiap hari bisa mengirim sampai 24 bonjor, yang dalam satu bonjornya berisi 40 pasang besek. Setiap satu pasang bonjornya dihargai Rp 15 ribu.
”Setiap hari saya menyetorkan besek ke para pengepul, tak jarang juga para pengepul yang mengambil sendiri, dalam sebulan saya bisa membuat besek sebanyak 40 hingga 50 bonjor,” ungkap Niti (42) salah satu pengrajin besek.
Cara membuat besek sangat sederhana yaitu bambu dipotong – potong terlebih dahulu menjadi 40 sampai 50 potong tergantung besar kecilnya bambu, terus dilati atau dibelah tipis – tipis. Selanjutnya dijemur dan baru kemudian dianyam. (anis)
0 komentar
Posting Komentar