Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman

Translate

Blogroll

BISNIS ANDA KITA

Kamis, 18 Maret 2010

Menikmati Lalaban dan Sambal Khas Sunda

MAKAN - Konsumen sedang menikmati makanan khas sunda menu lalaban dan sambal.

**Tumbuhan Lalaban Yang Semakin Langka
Daratan Sunda adalah surga bagi para penggemar lalab dan sambal khas Sunda yang merah tetapi tidak pedas. Lalab adalah daun-daun muda dan bagian tanaman lain seperti buah, biji ataupun bunga yang dimakan bersama nasi. Namun kini keberadaannya semakin langka. Lantas?

LAPORAN : WASIS WAHYUDI

DARI : SUMEDANG

Kebiasaan memakan lalab bagi masyarakat Sunda sudah berlangsung turun-temurun dan masih berjalan sampai saat ini. Bahkan ada pepatah yang mengatakan, "orang Sunda tidak akan pernah mati kelaparan jika dilepas di tengah hutan, karena mereka bisa memakan semua daun yang ada". Namun kini semakin langka seiring perkembangan jaman.
Pepatah yang kadang digunakan sebagai bahan "guyonan" orang Jawa tersebut, sebenarnya mempunyai makna yang dalam. Karena budaya makan lalab mucul sebagai suatu bentuk adaptasi masyarakat Sunda terhadap alamnya yang kaya akan keanekaragaman hayati.
Mengamati fenomena yang terjadi saat ini, budaya makan lalab tersebut telah mengalami perubahan. Keanekaragaman jenis lalab saat ini mulai berkurang, karena biasanya lalab berupa tanaman liar atau tumbuh dengan sendirinya. Namun seiring berjalannya waktu kini tanaman lalab mulai dipelihara. Nah, sekarang tidak satupun lalab tempo dulu yang termasuk sayuran seperti yang ada saat ini.
Saat ini dapat dinikmati di rumah-rumah makan khas Sunda, sampai ke pedagang-pedagang kaki lima yang menjajakan makanan pada malam hari. Jenis lalab yang disajikan tidak beragam dan cenderung seragam.
Salah satunya di Rumah Makan (RM) 'Suka Hati' dengan resep buhun (dulu.red) sejak 1969 yang berlokasi di Cipacing, Kabupaten Sumedang, milik dari Hj Mariam.
Menu yang tersedia mulai dari empal daging, sop buntut dan berbagai macam pepes ikan serta pepes ayam. Tidak ketinggalan pula menu khas sunda berbagai lalaban dan sambalnya.
Pelayan RM 'Suka Hati' Setyani Nurhikmah mengatakan, lalaban yang disediakan diberikan secara cuma-cuma alias gratis, tinggal ambil sendiri sesuka hati dan selera.
''Berbagai macam jenis seperti daun antara, daun popohan, tespong yang kini semakin langka, slada air atau bokor, kol, timun dan surawung atau kemangi seakan menjadi lalaban utama,'' ujarnya.
Salah satu konsumen yang makan lalab dan sambal khas Sunda, Didi mengungkapkan, makan di RM 'Suka Hati' menunya menggugah nafsu dan selera makan. Terutama menu lalab dan sambal khas Sunda juga pepes atau goreng ikan kancra atau emas. ''Sedap dan lezat, apalagi pelayanan yang ramah neng geulisna ( wanita cantik.red),'' katanya.
Tentunya, kelangkaan yang terjadi bukan menjadi kendala bagi para pengusaha makanan lalab khas Sunda. Sebab kini semakin banyak yang membudidayakannya di halaman hingga kebun rumah. Coba saja, kalau pas lewat di daerah Cipacing Sumedang, pasti enak. (*)

0 komentar