Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman

Translate

Blogroll

BISNIS ANDA KITA

Jumat, 12 Februari 2010

Sate Pak Boy Enak

Membangun Usaha Warung Makan Diiringi Doa
**Jual Sate Bisa Biayai Anak Kuliah
Ketekunannya dalam berjualan sate kambing muda, patut untuk diacungi jempol. Dengan berjualan sate kambing, dirinya kini mampu untuk menyekolahkan anaknya hingga ke bangku kuliah. Seperti apa?

LAPORAN : DALAL MUSLIMIN
DARI : SOROGENEN
INILAH sosok Ahmad Subki atau yang terkenal dengan Pak Boy yang sudah berjualan sate sejak era 1990-an. "Saya jualan sejak tahun 1990-an dengan memulai berjualan langsung dan menggunakan resep dari ibu," jelasnya saat ditemu Radar (19/1).
Warung Makan Sate Kambing & Gulai Kacang Ijo Pak Boy ini terletak di Jalan Cempaka depan lapangan Sorogenen, kini sudah memiliki pelanggan dan konsumen yang cukup banyak. Tersebar mulai dari berbagai profesi.
Anak dari dua bersaudara ini dalam membangun bisnisnya, selalu berdoa kepada Sang Pencipta sebagai pengatur rezeki. "Resep untuk bisnis, berdoa kepada Allah SWT saja, setiap malam tahajud saja," tambah istri dari Faizah.
Selain itu, kata Pak Boy, pihaknya berusaha untuk menjaga kualitas bahan baku. Yakni dengan menggunakan daging kambing muda. "Menjaga kualitas dengan menggunakan kambing muda yang setiap paginya langsung dari tempat penyembelihan," imbuhnya.
Jika saat ramai-ramainya, dalam sehari rata-rata dirinya mampu menghabiskan dua ekor kambing untuk memenuhi kebutuhan bisnis kulinernya. "Rata-rata dua ekor per hari saat ramai," ungkap Pak Boy yang mengaku hanya tamatan SD.
Keramaian itu juga tidak dapat dipastikan, karena menurutnya, semua tergantung rezeki masing-masing. "Ramai tidak mesti, tergantung suasana," tambah Pak Boy.
Warung Makan Sate Kambing & Gulai Kacang Ijo Pak Boy setiap harinya buka mulai dari pukul sembilan pagi hingga lima sore. Dengan luas ruangan kurang lebih 90 meter persegi, ruangan terlihat cukup representatif untuk digunakan rapat atau pertemuan lainnya. Selain itu disediakan meja hingga 14 buah. "Bisa untuk pertemuan, terkadang juga dari kantor-kantor ada rapat kecil disini," jelasnya. Untuk masalah harga, pihaknya memberikan harga standar saja. Sate lima tusuk kurang lebih Rp 13 ribu sedang untuk gulai Rp 10 ribuan.
Dengan berjualan sate hampir 20 tahun ini, kini dirinya mampu membiayai kedua anaknya menempuh pendidikan. Anak pertama Rahmat Hidayat kini sedang kuliah dan kedua M Basuki masih di SMP. Bagaimana dengan anda?(*)

0 komentar