Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman

Translate

Blogroll

BISNIS ANDA KITA

Kamis, 24 Januari 2013

Reptil, Hewan Pelihara Alternatif



AMAN - Beberapa pengunjung Carrefour saat mencoba memegang koleksi reptil di Godiva Pet Shop.

Reptil, Hewan Pelihara Alternatif

CARREFOUR - Bagi penghobi binatang, memeliharanya merupakan hal yang cukup mengasyikan. Bisa menghilangkan stres dan bahkan bisa menjadi ladang bisnis yang cukup bagus. Seperti saat ini sedang marak penjual hewan sejenis reptil, sebagai alterntif hewan peliharaan.
"Dari dulu masyarakat kita banyak yang hobby memelihara hewan. Namun sebatas hewan itu-itu saja, seperti kucing, anjing, kelinci, burung, ayam dan hewan-hewan yang umum dipelihara. Namun sangat jarang yang memelihara hewan-hewan yang kami jual ini, karena memang terkesan cukup ekstrem dan menakutkan," terang Iwan Setiaji didampingi Jhony, pengelola stan Godiva di Carrefour Pekalongan.
"Sebenarnya hewan yang kami jual kalau dari jenis ordonya hanya tiga jenis saja. Yaitu ular, kadal dan amphibi saja. Namun dari ketiganya memiliki berbagai macam jenis dan tipe hewan yang pasti cukup unik dan keren," lanjut Iwan mewakili.
Memelihara hewan sejenis reptil, khususnya di Indonesia menurutnya masih terbilang langka. Namun penggemarnya lambat laun sudah cukup banyak, bahkan dulu yang hobby hewan standar banyak yang suka dengan reptil pula.
"Namun sayangnya hewan jenis ini sebagian besar harus impor dari luar negeri mas. Karena di luar sana, hewan reptil yang memiliki bentuk unik sudah seperti barang industri. Ada hukum yang jelas dan dilakukan penakaran secar asaha untuk diperjualbelikan," terangnya.
Di negeri ini menurutnya banyak juga memiliki hewan-hewan yang unik dan asyik untuk dipelihara. Namun karen akurang perhatian dari pemerintah, terutama hukumnnya yang kurang jelas sehingga sulit untuk dijadikan indsutri, karena takut menyalahi aturan.
"Sebenarnya untuk beberapa jenis hewan tertentu boleh dipelihara dan diperjual belikan asal tipe yang bebas. Tapi karena ketidakjelasan hukum kita, pelarangan secara dilakukan secara merata untuk semua tipe pada hewan tertentu," sesalnya.
Diungkapkan, bisnisnya sekarang berawal dari hobi memelihara reptil. Semakin banyak koleksi dimiliki, membuat beberapa rekannya tertaeik untuk membeli dna untengnya lumayan, sehingga dicoba untuk digeluti secara serius sampai sekarang. "Sebelum buka stan disini, saya sudah jualan hewan secara online keseluruh Indonesia, dan juga cukup banyak pelanggannya," paparnya.
Dijelaskan, pada dasarnya memelihara reptil sangat mudah sekali. Seperti untuk makannya, tidak harus setiap hari.Beda dengan hewan peliharaan lain yang harus dikasih makan dan dirawat rutin setiap hari.
Dicontohkan, untuk kadal rata-rata makan 3 hari sekali, yaitu itu dengan makan aneka jenis serangga atau lebih mudah jangkrik. Untuk jenis ular lebih lama dari yang masih bayi cukup 1 minggu sekali, semakin besar juga semakin lama jarang makannya. "Bahkan untuk pupnya juga tidak merepotkan, tergantung pola makannya, atau sesuai dengan waktu makannya. Juga tidak sebanyak hewan peliharaan pada umumnya yang banyak pupnya," jelasnya.
Karena memelihara reptil di negeri kurang populer, untuk itu selain untuk bisnis mereka memiliki tujuan mengedukasi dan perkenalan masyarakat akan reptil. "Untuk bisnis murni saya kira tidak akan bisa terlalu diharapkan segera laris khususnya di Pekalongan sendiri. Karena hal seperti ini masih terbilang baru, ekstrim dan langka," ujarnya.
Untuk harga menurutnya relatif, disesuaikan dengan jenis dan ukurannya. Untuk rata-rata yang paling murah kurang lebih Rp100 ribuan untuk yang masih bayi. Semakin langka dan unik akan semakin mahal harganya sampai tidak terhingga.
"Kalau kita impor, memang sebagian besar dalam keadaan masih bayi. Karena memang hukumnya masih boleh untuk diperjualbelikan, namun kalau sudah besar dilarang keras, bahkan terbilang penyelundupan," pungkasnya. (bunda manis)

0 komentar